--> Skip to main content

Legenda Terbentuknya Telaga Sarangan

Legenda Terbentuknya Telaga Sarangan - Telaga sarangan adalah salah satu nama telaga yang ada lereng gunung lawu, tepatnya di di Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Telaga yang mempunyai luas 30 hektar dengan kedalaman 28 meter selain itu suhu udara antara 18 hingga 25 derajat Celsius. Jarak telaga sarangan dengan kota magetan sekitar 16 Km kearah barat ini menjadi salah satu objek wisata alam andalan kota magetan dan sekitarnya.

Tidak hanya wisatawan domestik yang mengunjungi telaga sarangan ini , Namun para wisatawan mancanegara juga banyak yang berkunjung untuk menikmati pemandangan alam yang khas dari telaga sarangan, Untuk menarik wisatawan asing dan mancanegara di sekitar juga di bangun dua hotel berbintang, 43 hotel kelas melati, dan 18 pondok wisata.

Di dalam objek wisata telaga ini anda bisa menikmati jajanan khas kota magetan seperti sate kelinci yang bisa anda nikmati sambil melihat pemandangan alam yang indah. Hawa yang dingin dan kabut yang terus melintas membuat wisata anda semakin berkesan dan menantang.

Di balik indahnya telaga sarangan menyimpan nilai sejarah yang sangat besar, setiap tempat yang bernuansa sejarah pasti tidak lepas akan adanya legenda dan mitos mengenai asal dan usul suatu tempat. Telaga sarangan juga menyimpan legenda terjadinya atau terbentuknya telaga sarangan.
Berikut legenda asal mula telaga sarangan :


"Disebuah dusun di lereng Gunung Lawu hiduplah seorang petani bersama istrinya yang bernama Kyai Jalilung dan Nyai Jalilung. Kesehariannya bercocok tanam di ladang. Seperti biasa setiap hari Nyai Jalilung mengantarkan makanan untuk suaminya.

Pada suatu hari saat Kyai Jalilung sedang mencangkul di ladang, ia menanti-nanti istrinya yang tak kunjung datang padahal hari sudah beranjak siang. Karena merasa lapar Kyai Jalilung pun mencari makanan yang bisa dimakan, dan akhirnya menemukan sebutir telur di dekan pancuran air.

Oleh Kyai Jalilung telur itupun dibakar dan dimakan, baru menyantap setengahnya ia sudah merasa sangat kenyang. Tak lama kemudia datanglah Nyai Jalilung membawa makanan. Kepada istrinya Kyai Jalilung menceritakan telah memakan separo telur dan merasa sangat kenyang. Sang istri pun jadi penasaran dan ikut memakan yang sisanya.

Saat keduanya sudah memakan telur itu kejadian aneh pun menimpanya, keduanya merasa panas lalu menceburkan diri di pancuran air. Seketika itu juga keduanya berubah wujud menjadi ular naga. Karena besarnya ular naga, pancuran air yang awalnya kecil berubah menjadi telaga yang sekarang dikenal dengan nama Telaga Sarangan." Demikian dikisahkan oleh Mbah Supar Sastrodiharjo sesepuh adat Telaga Sarangan."

sumber : tabloidpamor.com

4.5
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar